Halo Super Marketer di manapun kalian berada!
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, welcome back to my blog “MarkeThink Class” ^_^.
Di tulisan ini Bu Menik mau share salah satu Jurus Anti Mainstream Marketing yang bisa dilakukan oleh sebuah kota/daerah untuk memajukan sektor pariwisata-nya, yaitu “Setiap Dinas Adalah Dinas Pariwisata”.
Sebelum kita mulai pembahasannya, Bu Menik mau disclaimer dulu ya, informasi yang akan Bu Menik sampaikan ini berdasarkan ringkasan dari buku “Anti Mainstream Marketing” karya Abdullah Azwar Anas halaman 21-34. Dan ada juga beberapa informasi yang Bu Menik research sendiri di internet. Bu Menik mohon maaf sebelumnya kalau ada informasi yang belum Bu Menik sebutkan atau ada hal-hal yang belum jelas menurut kalian, langsung komen aja di bawah atau hubungi email yang tertera di sini ya!
Oya, jurus-jurus yang akan kita bahas ini memang ditujukan bagi pejabat pemerintah daerah yang berwenang sebagai pengambil kebijakan. Tapi, kita sebagai masyarakatnya juga bisa melakukan perubahan sesuai bidang dan kemampuan kita untuk mendukung kemajuan daerah. Karena perubahan itu dimulai dari diri sendiri lebih dulu, dimulai dari hal yang terkecil, dan dimulai sekarang juga! Jadi, kalo kamu peduli dengan kota tempat tinggalmu sekarang, baca tulisan ini sampai selesai ya biar kalian tahu apa saja yang SUDAH dilakukan dan apa saja yang BISA dilakukan, khuauanya untuk memajukan sektor pariwisatanya. Siapa tahu kalian bakal jadi Bupati yakan?
Oke, langsung saja kita ke inti pembahasan “Jurus Anti Mainstream Marketing 1: Setiap Dinas Adalah Dinas Pariwisata”.
Sektor Pariwisata Memiliki Multiplier Effect yang Sangat Luas
Salah satu tren dunia sekarang adalah ingin kembali ke alam. Peluang ini bisa disikapi dengan menempatkan pariwisata sebagai core economy, terutama ekoturisme.
Industri jasa pariwisata tidak ada matinya. Jadi, kita perlu memasarkannya untuk menggeliatkan ekonomi rakyat. Tak hanya itu, sektor pariwisata juga hasilnya cepat didapat. Untuk sektor lain, begitu dibangun, belum tentu hasilnya langsung didapat. Tapi kalau pariwisata, begitu dipromosikan sekarang, minggu depan sudah terlihat para wisatawan akan datang.
Di dalam bukunya, Pak Anas mengungkapkan bahwa perekonomian negara-negara maju seperti Inggris, Prancis, Spanyol, dan Singapura kini justru semakin mengandalkan sektor pariwisata. Kenapa begitu? Karena memang ke depan tren pertumbuhan ekonomi dunia akan ditopang oleh pariwisata. Di era megatrend “leisure economy“, sektor pariwisata akan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa-bangsa di dunia.
Tidak hanya negara-negara maju seperti tersebut di atas, Kabupaten Purbalingga yang merupakan kota tempat tinggal saya juga memiliki banyak potensi wisata alam yang dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan, misalnya Desa Wisata Serang yang berada di kaki Gunung Slamet, Goa Lawa (Golaga), Objek Wisata Air Bojongsari (Owabong), dan masih banyak lagi.
Dari aspek ekonomi, sektor pariwisata memiliki multiplier effect yang sangat luas terhadap perekonomian secara keseluruhan. Artinya, kegiatan di sektor ini memiliki dampak luar biasa dalam menggerakkan begitu banyak kegiatan perekonomian lain.
Kedatangan wisatawan ke Purbalingga menimbulkan kegiatan di berbagai sektor, seperti perhotelan, restoran, transportasi lokal, layanan paket wisata lokal, produk kerajinan lokal, dan produk makanan-minuman lokal.
Misalnya, ketika wisatawan membelanjakan uang di suatu desa wisata, uang tersebut akan beredar dalam kurun waktu cukup lama di desa tersebut. Dengan adanya transaksi yang dilakukan oleh wisatawan, uang tersebut akan berpindah dari satu tangan ke tangan berikutnya, dari satu usaha rakyat ke usaha rakyat berikutnya.
Uang yang berputar itulah yang membawa dampak postif ke desa wisata tersebut, yang menggerakkan perekonomian desa secara luas. Semua kalangan akan menerima “tetesan rezeki” yang dibawa oleh si wisatawan.
Tak heran kalau dikatakan bahwa sektor pariwisata adalah penghasil multiplier effect yang pada gilirannya mewujudkan pemerataan kemakmuran.
Dampak multiplier effect merasuk dan langsung dirasakan oleh masyarakat bawah. Kue kemakmurannya bisa langsung menyebar hingga ke grasspot.
Dinas Pemuda dan Olahraga adalah “Dinas Pariwisata”
Kebanyakan Dinas Pemuda dan Olahraga hanya berkewajiban melakukan pembinaan berbagai cabang olahraga dan menciptakan prestasi olahraga, baik di tingkat nasional maupun global, seperti mengirim atlet ke Asian Games atau Olimpiade. Namun, Dinas Pemuda dan Olahraga bisa menggelar berbagai event olahraga yang diselenggarakan secara rutin.
Sebagai contoh, event International Tour de Banyuwangi Ijen atau yang biasa dikenal dengan Tour de Ijen. Event internasional ini diselenggarakan setiap tahun. Event olahraga sepeda ini dikemas dengan konsep sport tourism. Karena itu, Tour de Ijen bukanlah sekedar event olahraga, tapi juga event pariwisata yang menarik dihadiri karena dikemas dengan sangat atraktif dan entertaining.
Buku Anti Mainstream Marketing Halaman 23.
Agar event olahraga sepeda bisa memperkenalkan pariwisata ke kancah internasional, jalur yang dilalui harus memiliki destinasi-destinasi wisata unggulan daerah. Di setiap perlintasan, berbagai atraksi seni-budaya, dari tari sampai musik etnik, dipertontonkan.
Dengan begitu, satu kayuh, dua-tiga pulau terlampaui: pemerintah daerah bisa melakukan pembinaan olahraga bersepeda, promosi destinasi wisata, sekaligus pemerataan pembangunan infrastruktur.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah “Dinas Pariwisata”
Misalnya, pabrik bisa disulap menjadi destinasi pariwisata yang menarik.
Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang membangun pabrik kereta api lengkap dengan museum di kompleks pabrik. Tak hanya itu, desain pabrik juga mengedepankan identitas budaya Banyuwangi, terutama kekhasan Suku Osing. Dengan begitu, pabrik kereta api tersebut menjadi penopang identitas pariwisata Banyuwangi.
Buku Anti Mainstream Marketing Halaman 29
Dinas Pertanian adalah “Dinas Pariwisata“
Tugas dan fungsi Dinas Pertanian adalah memajukan sektor pertanian dengan, misalnya menggenjot produksi dan ekspor produk pertanian.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten Purbalingga dengan produktivitas yang terus mengalami peningkatan. Surplus beras hingga 18.000 ton per tahunnya adalah bukti pertanian di Kabupaten Purbalingga terbilang kuat. Selain itu, banyak juga komoditas lain yang juga potensial, misalkan gula kelapa yang telah menembus pasar ekspor hingga Jepang, Amerika, dan Yunani. Selain itu, ada juga sektor hortikultura, yaitu nanas madu di Purbalingga juga sangat potensial, bahkan sudah menembus pasar ekspor hingga Arab Saudi.
Dikutip dari antaranews.com (26 Maret 2021)
Dinas Pertanian juga bisa memberikan sumbangsih luar biasa bagi kemajuan pariwisata. Salah satu caranya dengan menggelar festival pertanian Agro Expo yang dijadikan sebagai bagian dari calendar of event (CoE) tahunan.
Event tahunan ini bisa mendongkrak sektor pertanian karena bisa menjadi showcase kemajuan pertanian. Di samping itu festival tersebut bisa dijadikan sebagai bagian dari event pariwisata yang keren dan menghibur.
Secara lokasi misalnya, Pemerintah Banyuwangi memilih Desa Tamansuruh yang berada di kaki Gunung Ijen. Pengunjung pun disuguhi pemandangan Gunung Ijen dan Selat Bali yang eksotis dari ketinggian.
Begitu pula ratusan jenis tanaman pertanian yang dipamerkan. Semua ditata dengan cantik dan instagramable, sehingga menjadi objek selfie yang begitu diminati pengunjung.
Banyaknya pengunjung yang selfie, mengunggahnya di Instagram, dan kemudian viral di media menjadi alat promosi yang murah dan powerful.
Ingat, pemasaran suatu daerah harus simple, mengandung single massage, dan berfokus ke target market yang kita tuju.