A. Pelabelan
1. Pengertian Pelabelan Produk
Label adalah tulisan, gambar, atau kombinasi keduanya yang disertakan pada kemasan produk dengan cara dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dan dicetak. Pengertian menurut Philip Kotler (2000: 477) label adalah tampilan sederhana pada produk atau gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu kesatuan dengan kemasan. Label hanya bisa mencantumkan merek atau informasi tentang produk. Label menjadi bagian dari kemasan untuk memberikan informasi secara utuh tentang isi wadah/kemasan produk. Umumnya, label berisi informasi tentang bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan barang tersebut, cara penggunaan, dan efek samping. Label dapat dimuat di dalam kemasan atau di luar kemasan, seperti label harga, price card, dan barcode. Pelabelan pada kemasan produk harus dipersyaratkan sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak, serta terletak pada bagian kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca dengan jelas.
Label merupakan bagian yang sangat penting dar suatu produk agar konsumen dapat memperoleh produk sesuai yang diharapkan serta sehat dan aman dikonsumsi. Beberapa industri besar yang membutuhkan label untuk produk-produk mereka adalah: industri makanan dan minuman, permen dan cokelat, farmasi, perawatan diri,, kosmetik/kecantikan, mainan, elektronik, mobil dan motor (oli), bahan kimia (chemical), rumah tangga, dan ritel.
Di sektor industri makanan dan minuman, penggunaan label harus sesuai dengan ketentuan UU/No.23/1992 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan. Makanan harus memenuhi standar persyaratan kesehatan dan periklanan tidak boleh memberi informasi menyesatkan dari produk tersebut. Peraturan tersebut juga berpedoman pada CAC (Codex Alimentarius Commission) dan FLG (Food Labelling Guide) yang memuat ketentuan mengenai persyaratan mutu, label, dan periklanan. Label harus memberikan informasi yang jelas, terperinci, dan mudah dimengerti oleh masyarakat umumnya atau konsumen khususnya.
Informasi terkait produk yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan sekurang-kurangnya dicantumkan hal-hal sebagai berikut.
a. Nama Produk
Pada kemasan produk, selain tertera daftar bahan pangannya, nama dagang juga menjadi salah satu informasi yang dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia dan apabila perlu juga dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris. Adapun untuk produk yang berasal dari luar negeri, nama dagang boleh dicantumkan dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.
b. Bahan yang Digunakan
Bahan penyusun produk, termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan, harus dicantumkan secara lengkap. Urutan pencantuman komposisi bahan dimulai dari yang paling banyak digunakan, kecuali vitamin dan mineral serta komposisi yang diketahui secara umum atau makanan dengan luas permukaan tidak lebih dari 100 cm2 .
c. Berat Bersih (Neto)
Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan dapat dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Adapun makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat, sedangkan untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.
d. Nama dan Alamat Produsen
Label dalam kemasan produk harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon.
e. Keterangan Tentang Halal
Pencantuman tulisan halal diatur dalam Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang dioalah menurut hukum-hukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini, kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Idonesia (LPPOM MUI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Departemen Agama.
f. Tanggal, Bulan, dan Tahun Kedaluwarsa
Umur simpan produk pangan biasa dituliskan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut, yaitu best before date yang menyatakan produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati. Selain itu, dapat pula bertuliskan use by date yang menjelaskan bahwa produk tidak dapat dikonsumsi karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman best before/use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan tiga bulan dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedangkan produk pangan yang memiliki umur simpan lebih dari tiga bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Terkait dengan label harga, berikut adalah berbagai aspek yang harus dipahami.
1) Struktur address card: nama barang; ukuran barang; kode barang (barcode); harga barang; dan scanning.
2) Tujuan address card: untuk membantu customers mengetahui informasi tentang barang.
3) Manfaat address card adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan image pelayanan yang baik.
b) Mempermudah customer dalam hal informasi barang.
c) Meningkatkan penjualan.
d) Mempermudah pramuniaga dalam hal pengecekan barang.
2. Tujuan dan Fungsi Pelabelan
Tujuan pelabelan adalah mempermudah transaksi dengan proses komputerisasi melalui pengodean barang dalam bentuk barcode. Kode barang bertujuan membantu karyawan dalam pendistribusian barang. Adapun manfaat kode barang antara lain memperkecil kesalahan pengiriman dari Distribution Center (DC) ke toko, menghindari kesalahan pendistribusian barang, mengetahui standar harga yang akan dijual di toko, serta mengetahui jumlah barang yang didistribusikan. Struktur kode barang: scanning, toko, SKU (Stock Keeping Unit), Qtr, Harga, Artikel, Rcv (Regulatory capital value), PO (Purchase Order).
Sementara itu, fungsi label adalah sebagai berikut.
a. Salah satu bentuk perlindungan dari pemerintah kepada para konsumen. Dalam hal ini, pemerintah mewajibkan produsen untuk melekatkan label.etiket pada hasil produksinya sesuai dengan peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang bahan makanan, minuman, dan obat.
b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan, berarti produsen memberikan keterangan yang sesuai agar konsumen dapat memilih, membeli, serta meneliti secara bijaksana.
c. Label merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya apabila digunakan.
d. Label merupakan alat promosi terhadap barang tersebut.
3. Jenis Label (Barcode)
Untuk membaca barcode, diperlukan sebuah alat pembaca barcode atau barcode scanner yang menggunakan sinar laser yang sensitif terhadap refleksi dari ketebalan garis, jarak, atau ruang antarbaris dan variasi lainnya. Data tersebut kemudian dibaca oleh barcode scanner yang kemudian mentransfernya ke komputer untuk diolah lalu ditampilkan sebagai data yang dapat terbaca oleh manusia.
a. Macam-macam Label Pada Kemasan
Label pada kemasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
1) Label Merek (Brand Label)
Label merek (brand label) yaitu merek yang diletakkan pada produk atau kemasan. Label ini memuat merek, gambar, atau produsen dari produk yang dicantumkan dalam kemasan produk. Informasi tersebut penting bagi konsumen agar mereka dapat membedakan suatu merek produk dengan merek lainnya.
2) Label Tingkatan Mutu (Grade Label)
Label tingkatan mutu (grade label) yaitu suatu tanda yang mengidentifikasikan mutu produk. Label ini dapat berupa huruf atau tanda lainnya.
3) Label Deskriptif (Descriptive Label)
Label deskriptif (descriptive label) yaitu informasi objektif tentang penggunaan, konstruksi, pemeliharaan, penampilan, dan ciri-ciri lain produk. Label ini memberikan informasi mengenai bahan baku, persentase kandungan, nilai kalori/gizi, cara penggunaan/konsumsi, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa.
b. Label Harga, Price Card, dan Barcode
1) Label Harga
Label Harga yaitu label yang tertera di produk yang mengindikasikan harga barang tersebut.
2) Price Card (Kartu Harga)
Price card (kartu harga) yaitu kartu yang ditempel pada rak/gondola yang menunjukkan harga dari barang yang terdapat dalam gondola.
3) Barcode
Barcode yaitu sekumpulan data yang digambarkan dengan garis dan jarak spasi. Barcode menggunakan urutan garis batang vertikal dan jarak antargaris untuk mewakili angka atau simbol lainnya. Setiap ketebalan garis batang dan jarak antara garis satu dengan yang lain selalu berbeda sesuai dengan isi data yang dikandung oleh kode batang atau barcode tersebut.
Untuk membaca barcode, diperlukan sebuah alat pembaca Barcode yang disebut barcode scanner. Dengan menggunakan sinar laser yang sensitif terhadap refleksi dari ketebalan garis, jarak atau ruang antarbaris dan variasi lainnya. Data dibaca oleh barcode scanner yang kemudian ditransfer ke komputer untuk diolah, lalu ditampilkan sebagai data yang dapat dibaca oleh manusia.
c. Macam-macam Label Berdasarkan Berdasarkan Bahan yang Digunakan
Ada beberapa jenis label berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat label, yaitu sebagai berikut.
1) Label Semi Coat
Label barcode dengan karakteristik memiliki semacam lapisan (coat) pada lapisan stiker paling atas. Lapisan ini berfungsi untuk menutup lapisan pori-pori pada kertas barcode agar dapat mencetak barcode menggunakan printer barcode dan unsur carbon ribbon dapat tercetak dengan sempurna. Lapisan ini terlihat lebih mengkilat dan lebih tahan terhadap cipratan air. Label barcode semi coat merupakan label barcode yang paling economis karena harganya lebih murah dibanding label barcode lainnya. Label ini cocok digunakan dengan menggunakan ribbon barcode tipe excellent wax.
Label barcode semi coat memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Mudah disobek.
b) Hasil cetak mudah rusak apabila digosok dengan keras.
c) Apabila dilihat sekilas tampak berkilap pada permukaannya.
2) Label Barcode Vallum TTL
Label barcode jenis vallum TTL tidak disertai lapisan pada bagian paling atas stiker. Hal ini menyebabkan barcode jenis ini terlihat lebih putih dan bersih dibandingkan label barcode semi coat. Hasil cetak dari label barcode vallum TTL merekat lebih kuat dibandingkan label label barcode semi coat karena unsur ribbon yang menempel di label tidak secara sempurna diserap oleh label karena pori-pori label tidak tertutup oleh lapisan. Label ini menggunakan ribbon barcode tipe axcellent wax yang juga digunakan dalam label barcode semi coat. Namun, label barcode vallum TTL lebih cepat rusak apabila terkena air karena tidak memiliki lapisan.
Ciri-ciri label barcode vallum TTL adalah sebagai berikut.
a) Mudah disobek.
b) Hasil cetakan mudah disobek.
c) Apabila terciprat air, lebih cepat rusak.
d) Hasil cetakan lebih jelas.
3) Label Barcode Yupo
Label barcode yupo merupakan jenis barcode yang paling kuat, tahan air, tahan panas, dan tahan sobek. Label barcode ini lebih cocok digunakan untuk luar ruangan. Label ini cenderung menyerupai bahan stiker hologram, tetapi tidak mengkilat. Hasil cetakan label yupo tidak akan hilang walau digosok dengan keras. len stiker pun lebih kuat apabila dibandingkan dengan label lainnya. Ribbon barcode yang cocok digunakan untuk label ini adalah tipe excellent ressin. Ciri-ciri label barcode yupo adalah tidak luntur apabila digosok dengan keras.
4. Manfaat Barcode
a. Manfaat Praktis
1) Keperluan ritel: barcode ini biasanya digunakan untuk keperluan produk yang dijual di supermarket. Contohnya adalah UPC (Universal Prices Codes).
2) Keperluan non-ritel: barcode ini biasanya digunakan untuk pelabelan buku yang ada di perpustakaan.
3) Keperluan pengemasan/packaging: barcode ini biasanya digunakan untuk pengiriman barang. Contohnya adalah barcode tipe ITF.
4) Penerbitan, barcode ini sering digunakan pada penerbitan suatu produk. Contohnya, barcode untuk menunjukkan ISBN suatu buku, atau barcode ISSN suatu terbitan berkala, seperti majalah.
5) Keperluan farmasi, barcode ini digunakan untuk mengidentifikasi produk obat-obatan, misalnya jenis HBC.
6) Keperluan lain, misalnya untuk mendata pasien rumah sakit.
b. Manfaat Barcode Bagi Penjual
Manfaat barcode bagi penjual adalah sebagai berikut.
1) Proses input data lebih cepat karena barcode scanner dapat membaca/merekam data lebih cepat dibandingkan jika melakukan proses input secara manual.
2) Proses input data lebih cepat karena teknologi barcode mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi.
3) Penelusuran informasi data akurat karena teknologi barcode mempunyai ketepatan yang tinggi dalam pencarian data.
4) Mengurangi biaya karena dapat menghindari kerugian dari kesalahan pencatatan data dan mengurangi pekerjaan manual yang dilakukan secara berulang-ulang.
5. Aspek Label Harga yang Harus Dipahami
Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan label harga (address card) dan price card adalah sebagai berikut.
a. Price card tidak rusak, memiliki kondisi yang jelas untuk dibaca, tidak robek, dan tidak kotor.
b. Price card sesuai dengan produk dan diletakkan tepat sesuai antara produk dan fisik barang.
c. Semua produk yang dipajang memiliki price card, terutama untuk barang-barang yang ada di barang kering (shelving), sedangkan barang yang ada di showcase pendingin apabila tidak memiliki price card harus memiliki POP harga.
d. Semua produk yang dipajang memiliki label harga. Hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan adalah sebagai berikut.
1) Barang dilabel langsung di produknya, di dus tidak dilabel. Di shelving dipasang POP harga barang tersebut.
2) Setiap barang yang di-display harus ditempel label harga.
e. Label harga ditempel rapi di tempatnya dan tidak menutupi produk. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait hal ini adalah sebagai berikut.
1) Label harga yang ditempel di barang tidak miring kanan/kiri.
2) Barang yang sama label harganya, penempelan label harga tersebut juga ditempatkan di tempat yang sama.
3) Letak label tidak terpaku di sudut kanan atas, melainkan tergantung kondisi barang, dan yang penting diletakkan di tempat yang sama untuk produk yang sama.
B. Melakukan Pelabelan Produk
1. Pelabelan Produk Supermarket
a. Pelabelan Produk Food
b. Pelabelan Produk Nonfood
c. Pelabelan Produk Household
d. Pelabelan Produk Stationery
e. Pelabelan Produk Toys
2. Pelabelan Produk Fresh
a. Pelabelan Produk Sayuran
b. Pelabelan Produk Buah-buahan
c. Pelabelan Produk Daging
d. Pelabelan Produk Olahan Susu
e. Pelabelan Produk yang Dibekukan
3. Pelabelan Barang Fashion dan Sport
Langkah pertama dalam melakukan visual merchandising dengan pen-display-an barang fashion dan sport adalah pelabelan. Setiap barang yang datang ke gudang, baik dari DC maupun suppliers (pemasok), harus melalui proses pelabelan (penempelan label pada harga tag).
Sebagai contoh, berikut pelabelan pada produk fashion.
a. Sebelum Label Ditempatkan
Periksa apakah hal-hal berikut ini sesuai antara produk dan labelnya.
1) Brand (merek)
2) Article (tipe)
3) Size (ukuran)
b. Penempelan Label Secara Umum
Penempelan label secara umum adalah pada bagian sebelah kanan atau facing (muka/depan) suatu produk dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Tidak menutupi merek.
2) Tidak menutupi artikel barang.
3) Tidak menutupi ukuran dan keterangan lain yang penting.
4) Letak mendatar/horizontal.
5) Label harga harus dalam keadaan bersih (tidak boleh kotor/terlipat/sobek).
c. Untuk Barang yang Menggunakan Hang Tag (Gantungan)
Terdapat beberapa ketentuan yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.
1) Apabila barang tidak memiliki hang tag, gunakan hang tag perusahaan tersebut dan tempelkan label pada temmpat yang sudah disediakan.
2) Apabila hang tag sudah disediakan oleh produk tersebut, label ditempelkan pada tempat yang sudah disediakan atau di belakang hang tag secara mendatar.
d. Untuk Barang-barang Tertentu, Berlaku Kondisi Khusus
1) Untuk perlengkapan bayi, label ditempatkan di kanan tas.
2) Untuk sepatu bayi, label ditempatkan di telapak kaki sebelah kiri (tidak boleh menutupi nomor/artikel). Juga jangan ditempel di dus.
3) Untuk celana panjang dan celana pendek bayi, kaus singlet, celana dalam, label ditempelkan di balik sticker atau di bawah woven label barang tersebut.
4) Label untuk dompet ditempelkan di kartu dan bagian dalam tempat ruang.
5) Label untuk sapu tangan dan manset ditempelkan di dus barang tersebut.
6) Untuk pakaian dalam pria yang memakai dus/plastik, label ditempelkan pada dus/plastik sebelah kanan atas.
C. Merancang Tata Letak Toko
1. Pengertian Tata Letak
Tata letak adalah pemetaan area yang dirancang sebagai tempat menjual suatu barang untuk membantu pengunjung atau calon pembeli berbelanja dan mempermudah pencarian barang yang akan dibeli. Pengaturan layout toko harus memperhatikan alur pengunjung, serta kemudahan akses antara area penjualan dan gudang penyimpanan barang.
Pada umumnya, pengunjung yang memasuki toko akan berjalan dan memperhatikan berbagai macam produk yang dipajang. untuk jenis toko yang menitikberatkan pada pelayanan, biasanya terdapat pramuniaga yang akan membantu pengunjung, sedangkan untuk toko atau departement store yang menerapkan konsep melayani diri sendiri (self-service), pengunjung akan mengambil sendiri barang yang diperlukan kemudian membayar di kasir. Menata layout toko memerlukan koordinasi semua komponen, mulai dari struktur ruang (lantai, dinding, dan langit-langit/plafon, arsitektur, sampai dengan desain interiornya).
2. Peta Lokasi
Pelanggan hypermarket dan supermarket yang sering berkunjung dengan cepat dapat mengetahui ke bagian mana mencari suatu produk. Pelanggan departement store, meski tidak tiap bulan berkunjung, akan mudah menemukan barang yang diinginkan karena penataan barang yang memudahkan.
a. Jenis-jenis Alokasi Ruang Toko
Alokasi ruang toko terbagi dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Selling space, adalah ruang/area penempatan barang yang akan diambil konsumen.
2) Merchandise space, adalah ruang/area untuk mendapatkan barang persediaan.
3) Customer space, adalah ruang/area untuk berbagai keperluan pembeli, seperti ruang pas, bangku untuk beristirahat sejenak, milet, dan gang/jalan untuk lalu lalang.
4) Personnel space, adalah ruang untuk para karyawan berganti seragam, istirahat, menyimpan barang pribadi, dan lainnya.
b. Jenis-jenis Alokasi Ruang Berdasarkan Fungsi Atau Situasi
1) Berdasarkan fungsi masing-masing produk dan ikutannya. Contoh: kemeja dengan lengan panjang dan dasi.
2) Produk sejenis disatukan untuk memudahkan pelanggam. Contoh: pada departement store yang terdiri dari beberapa lantai, produk sejenis perlu ditempatkan di lantai yang sama sehingga pengunjung tidak perlu naik-turun lantai.
3) Menurut usia dan selera pembeli. Contoh: pengelompokkan fashion berdasarkan kategori remaja, dewasa, laki, perempuan; pengelompokkan CD musik berdasarkan kategori pop, jazz, klasik, R&B.
4) Produk yang perlu alat pendingin yang perlu disatukan dalam area yang sama, seperti sayuran, daging, bakery, bunga, buah-buahan.
c. Beberapa Hal Dalam Penataan
1) Gang/jalan (walkway) hendaknya bersih dari rintangan pengunjung.
2) Jika perlu, cermin dan tempat duduk perlu diperhatikan jarak dan penataannya supaya ada kesan lega.
3) Tanaman dapat mengeluarkan oksigen dan hal ini baik untuk membantu siapa pun berpikir jernih.
4) Tiang dan patung melambangkan stabilitas dan membumi.
3. Alokasi Ruang
Dalam melakukan alokasi ruang display, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a. Menghindari Kehabisan Stok
Kehabisan stok sedapat mungkin dihindari oleh peritel besar. Akibat dari kehabisan stok adalah kehilangan peluang penjualan, menurunnya citra, atau berkurangnya loyalitas.
b. Citra dan Positioning Toko
Sesuai dengan bentuk dan sifatnya masing-masing, gerai telah mengalokasikan berapa luas ruang yang diperuntukkan bagi masing-masing kategori produk yang mereka jual. Gerai menengah dan besar memiliki standar internal terhadap standar alokasi. hal ini berkaitan dengan citra dan positioning mereka masing-masing.
c. Kebutuhan Pasar Setempat
Kebutuhan masyarakat antara satu tempat dan tempat lainnya berbeda-beda. Karena perbedaan kebutuhan tersebut, diperlukan adanya penyesuaian alokasi ruang agar lebih pas melayani kebutuhan konsumen setempat.
d. Profitabilitas Produk
Gross margin return on investment (GMROI) dan profitabilitas produk menjadi pertimbangan pengalokasian ruang. Meskipun GMROI dan profitabilitas produk harus diperhatiikan, keseimbangan dengan pelayanan konsumen juga harus diperhatikan.
e. Category Management
Secara teoris, category management mengatur apa yang harus dicakup dalam suatu kategori menurut kacamata konsumen. Kategori produk juga harus mempertimbangkan sasaran keseluruhan dari suatu kategori produk. Namun, menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengatur display dan lokasi produk dalam gerai justru berpotensi menyulitkan konsumen dalam berbelanja, sehingga bukannya kenyamanan yang mereka dapatkan. Hal ini akan berpengaruh buruk pada pola belanja konsumen.
4. Teknik Pengaturan Ruangan Toko
Pengaturan ruang antara toko tradisional dan toko modern (departement store), sangat berbeda. Pengaturan ruangan toko tradisional tidak sebaik toko modern. Toko tradisional tidak memiliki pengaturan ruang yang khusus serta sistem pengelompokan barang. Hal ini berbeda dengan departement store (toserba), yang memiliki sistem penempatan dan pengelompokkan barang yang jelas sehingga memudahkan konsumen melayani diri sendiri (self-service).
Idealnya, pengaturan ruangan toko dan pengelompokkan barang-barang harus jelas. Kategori dan spesifikasi barang disesuaikan dengan jenisnya dan penataan produk sesuai prosedur perusahaan. Berikut ini diuraikan syarat utama dari ruangan yang baik.
a. Adanya ventilasi atau saluran udara yang baik.
Ventilasi memiliki pengaruh besar terhadap minat pengunjung untuk memilih dan melihat barang yang akan dibelinya. Ventilasi yang baik akan menimbulkan kenyamanan dan kesegaran udara di dalam toko. Apabila memungkinkan, di ruangan toko sebaiknya dipasang dua jenis alat pengatur suhu udara sekaligus, yaitu AC (Air Conditioner) dan pemanas (heater). Pada saat udara panas, AC dapat dinyalakan atau kipas angin dan saat udara dingin heater dapat dinyalakan.
b. Adanya etalase.
Etalase adalah lemari kaca tempat menata produk (pen-display-an) barang-barang yang dijual. Etalase ditempatkan di muka dengan kaca tembus pandang yang menghadap ke arah pengunjung. Usahakan display di etalase bersifat eye catching, artinya display dibuat sedemikian rupa sehingga dengan pandangan mata pertama pengunjung langsung terfokus pada pajangan tersebut dan tidak berpindah ke tempat-tempat atau produk yang lain.
c. Adanya ruang informasi.
Bagian informasi biasa dikenal dengan CR (Customer Relation). Setelah pengunjung masuk pintu utama (pansus), siap dilayani dengan petugas customer relation. Adapun hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas adalah sebagai berikut.
1) Pandangan Mata
Pelanggan yang memasuki toko disambut dengan hormat, ramah, dan sedikit anggukan kepala.
2) Senyum
Pengunjung diberikan senyuman, namun tidak boleh berlebihan. Senyuman diberikan dengan tulus.
3) Ucapkan Salam
Ucapkan salam kepada pengunjung. Contohnya ucapkan “Selamat pagi” atau “Selamat siang”.
d. Adanya ruang tempat penitipan barang.
Sebelum masuk ke area penjualan, pengunjung yang membawa barang-barang yang dapat merepotkan berbelanja diperkenankan untuk menitipkan barang-barangnya di bagian oenitipan barang.
1) Hal-hal yang harus diperhatikan pramuniaga saat menerima saat menerima titipan barang.
a) Mengucapkan “Selamat pagi” atau “Selamat siang”.
b) Menerima barang titipan dari pelanggan dengan kedua tangan terjulur.
c) Menyerahkan nomor penitipan barang sambil menyebutnya, misalnya “Nomor 2, ya Pak/Ibu”.
d) Memberi salam, seperti “Selamat berbelanja”.
2) Sikap yang harus dilakukan oleh pramuniaga pada saat menyerahkan barang titipan.
a) Terima nomor penitipan barang dan sebutkan nomornya.
b) Serahkan barang titipan dengan kedua tangan menjulur.
c) Ucapkan “terima kasih”.
e. Adanya ruang keamanan.
Satpam (security) bertugas untuk menertibkan keadaan, baik di tempat parkir, pintu gerbang, area, maupun di bagian keluar karyawan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pencurian.
f. Adanya ruang pamer yang memadai.
Ruang pamer adalah tempat pen-display-an, seperti gondola, chelving, showcase, dan freezer. Tempat pen-display-an barang harus diatur dengan baik agar pengunjung mudah berjalan, melihat, atau menghampiri barang-barang dagangan yang akan dibeli.
g. Adanya ruang ganti (fitting room).
Ruang coba harus tersedia di toko yang menjual pakaian. Tujuannya agar pembeli dapat mencoba pakaian yang diinginkan dengan leluasa. Pakaian merupakan salah satu kategori produk fashion.
h. Adanya ruang tunggu.
Jika memungkinkan, ruang tunggu perlu diadakan untuk membantu melayani pengunjung yang akan istirahat sejenak atau menunggu keluarga dan kerabat yang sedang berbelanja.
i. Adanya toilet atau kamar kecil umum.
Sebaiknya, toko mempunyai kamar kecil (WC/toilet) untuk pelayanan kepada konsumen.
j. Adanya ruang administrasi.
Ruang administrasi biasanya digunakan untuk keperluan store manager, chiefnoperation, serta tempat para pegawai administrasi bekerja. Ruangan ini digunakan untuk kegiatan administrasi kantor, berupa kegiatan administrasi pembelian, penjualan, surat menyurat, administrasi pergudangan, EDP (Entry Data Processing), Accounting, dan sebagainya.
k. Adanya gudang (tempat penyimpanan barang persediaan).
Gudang adalah tempat penyimpanan atau penumpukkan barang sebelum barang didistribusikan ke area.
5. Jenis Tata Letak (Layout)
Ada beberapa macam layout, yaitu tata letak lurus (gridirom layout atau grid layout), tata letak arus bebas (free flow layout atau carving layout), tata letak butik (boutique layout), dan tata letak arus berpenuntun (guided shopper flows).
a. Gidiron Layout
Pola lurus ini banyak dipakai di gerai, seperti minimarket, supermarket, hypermarket. Pola lurus menguntungkan karena memberi kesan efisien, lebih banyak menampung barang yang dipamerkan, menghemat waktu, belanja konsumen, serta memudahkan pengawasan atau kontrol.
b. Free Flow Layout
Pola arus bebas dapat digunakan untuk gerai kecil atau gerai besar. Untuk gerai besar, seperti departement store, tata letak ini disebut sebagai tata letak lengkung atau carving layout karena polanya berbelok atau melengkung dengan potongan berupa gang (aisle) yang memungkinkan pengunjung gerai bebas berbelok, sama bebasnya dengan gerai kecil yang memakai free flow layout. Tata letak dengan pola ini menguntungkan dalam hal memberi kesan bersahabat serta mendorong konsumen untuk bersantai dalam memilih.
c. Boutique Layout
Tata letak butik merupakan versi yang sama dengan tata letak arus bebas, kecuali bagian atau masing-masing departement diatur seolah-olah toko speciality yang berdiri sendiri. Tata letak ini menjadi mahal karena pengaturannya disesuaikan dengan target pasar yang berbeda-beda dalam setiap gerai yang sama. Namun, karena marjin laba butik lebih tinggi daripada departement store biasa, mahalnya biaya penataan demikian tertutup oleh keuntungan yang diraih.
d. Guided Shopper Flows
Tata letak arus berpenuntun merupakan tata letak yang jarang dipakai atau sedikit dianut. Tata letak ini membuat pelanggan dapat “digiring” melalui jalan yang diciptakan, sehingga salah satu kerugiannya adalah menimbulkan kelelahan yang dirasakan pelanggan. Namun, di sisi lain, pelanggan juga merasakan keuntungan karena mendapatkan suguhan pilihan produk dalam ragam dan jumlah item yang besar.
D. Rencana Penempatan Produk (Planogram)
1. Pengertian Planogram
Planogram dalam dunia ritel sering digunakan untuk menggambarkan rencana secara visual penempatan produk pada rak-rak yang tersedia di area display. Bentuk planogram sering berupa diagram atau gambar. Pihak yang membuat planogram adalah tim visual merchandising (VM).
Selain gambar, planogram juga dapat berupa foto, desain, atau sketsa yang disertai keterangan terperinci setiap produk yang di-display. Keterangan yang disertakan dalam planogram berupa ukuran, tipe, dan kuantitas (jumlah) produk yang tersedia. Di dalam planogram juga tertera keterangan secara terperinci mengenai di mana posisi produk harus diletakkan pada gondola. Planogram dapat dikatakan peta posisi produk pada setiap gondola.
Dapat disimpulkan planogram adalah diagram visual, gambar, sketsa, atau denah yang menunjukkan secara terperinci di mana seharusnya setiap produk diletakkan. Dengan kata lain, planogram adalah deskripsi visual, diagram atau gambar tata letak toko, termasuk penempatan produk dan kategori produk tertentu.
2. Tujuan dan Fungsi Planogram
Planogram yang dibuat setiap peritel berbeda-beda. Planogram yang baik adalah planogram yang bisa mempresentasikan display produk secara lengkap, rapi, indah, dan memudahkan petugas toko untuuk melakukan pengisian ulang.
GAMBAR 134
a. Tujuan Planogram
Pembuatan planogram mempunyai beberapa tujuan di antaranya sebagai berikut.
1) Memaksimalkan profitabilitas/meningkatkan keuntungan.
2) Mengetahui potensi space per m2.
3) Salah satu cara memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui daya tarik visual yang lebih baik.
4) Mengendalikan persediaan dan mengurangi stock out (barang kosong).
5) Memudahkan pengisian barang oleh pramuniaga.
6) Memudahkan dalam mencari produk.
b. Fungsi Planogram Bagi Konsumen
Fungsi planogram bisa dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi peritel dan dari sisi konsumen. Dari sisi peritel, fungsi planogram adalah sebagai berikut.
1) Fungsi Planogram Dari Sisi Peritel
a) Menciptakan keseragaman display.
b) Menciptakan impulse buying.
c) Memberikan kemudahan bagi personel toko dalam melakukan stock opname.
d) Membuat display terlihat rapi dan bersih.
2) Fungsi Planogram Untuk Konsumen
a) Memberikan kenyamanan berbelanja kepada konsumen.
b) Memberikan kemudahan bagi konsumen ketika mencari produk yang akan dibeli.
c) Memudahkan konsumen membuat perbandingan antara produk satu dan produk lainnya.
3. Display Sesuai dengan Planogram
Planogram adalag acuan atau patokan dalam men-display produk. Planogram dibuat oleh jajaran tim manajemen. Personel toko dalam men-display menggunakan planogram sebagai dasar penyusunan produk pada setiap rak. Personel toko tidak boleh menempatkan barang secara sembarangan. Berikut dampak apabila pengelola toko tidak men-display produk sesuai dengan planogram.
a. Produk rusak.
Produk rusak, karena display yang tidak sesuai kapasitas rak. Penataan produk yang terlalu banyak pada rak akan menyebabkan barang rusak dan cacat. Hal ini akan merugikan perusahaan terutama jika barang yang di-display adalah barang yang kerja samanya dengan supplier menggunakan sistem beli putus.
b. Kesulitan pencarian dan monitoring produk, yang membuat produk rawan hilang.
Penataan produk yang tidak sesuai planogram akan menyulitkan dalam mengontrol jumlah barang yang di-display, yang berakibat tingginya risiko kehilangan barang. Selain itu, akan menyulitkan konsumen mencari barang yang akan dibeli. Dalam jangka panjang, berdampak pada menurunnya volume penjualan.
c. Kesulitan meng-update label harga.
Pen-display-an yang tidak menggunakan planogram sebagai acuan akan menyulitkan personel toko saat memberikan label harga barang. Padahal, harga merupakan faktor kunci dan daya tarik utama bagi konsumen. Maka, ketepatan pemberian label harga sangat penting dalam dunia ritel.
d. Adanya keluhan konsumen karena kesulitan mencari produk yang dibutuhkan.
Hal yang paling terasa adalah menyulitkan konsumen ataupun petugas toko sendiri ketika akan mencari suatu barang.
e. Adanya keluhan pemasok (supplier) karena display tidak sesuai perjanjian sewa (untuk rak sewa).
Supplier yang sudah mempunyai kontak dengan manajemen toko akan komplain jika petugas toko tidak men-display sesuai kesepakatan yang telah ditentukan. Contoh: supplier yang telah menyewa rak tertentu ternyata oleh petugas toko digunakan untuk men-display produk lain.
f. Citra toko dan perusahaan kurang baik di mata konsumen dan supplier.
Display produk yang baik dengan penggunaan planogram akan memberikan image positif terhadap perusahaan ritel. Pen-display-an yang sesuai dengan planogram akan memberikan kesan bahwa manajemen usaha ritel terlihat profesional, yang pada gilirannya membuat konsumen nyaman untuk berbelanja.
4. Langkah-langkah Membuat Planogram
Sebelum membuat planogram, ada beberapa langkah awal yang harus dilakukan pengelola toko, di antaranya sebagai berikut.
a. Mengategorikan barang slow moving dan fast moving.
Pengelola toko harus mengetahui klasifikasi barang yang termasuk slow moving dan fast moving akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan hal-hal sebagai berikut.
1) Menentukan jumlah order barang.
Perhitungan dan pengelompokkan barang slow dan fast moving berguna untuk bagian pembelian dalam menentukan jumlah barang mana yang haruus dipesan sedikit dan barang mana yang harus dipesan dalam jumlah banyak. Hal ini untuk menghindari kekosongan stok pada jenis barang fast moving dan juga menghindari penumpukan barang yang slow moving.
2) Membantu meletakkan barang-barang yang kosong pada rak di end caps dan juga sebagai penambah space untuk barang fast moving apabila terdapat barang yang kosong dalam satu rak dengan kategori sejenis.
3) Membantu proses penataan planogram.
Kelompok barang fast moving diletakkan pada shelving yang terlihat langsung oleh konsumen, yaitu sejajar dengan pandangan mata (eye level).
b. Manajemen Kategori
Barang yang ada dalam toko dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing. Kategori barang dapat dilihat dari struktur yang telah ada. Klasifikasi barang dapat menggunakan susunan sebagai berikut.
1) merchandise division supermarket
2) merchandise departemen foods
3) merchandise group milk product
4) merchandise family susu anak
5) merchandise subfamily susu Batita 1-3 tahun
6) merchandise item code
7) merchandise item subcode
c. Klasifikasi Produk
Pengelola ritel mempunyai istilah yang berbeda-beda dalam mengklasifikasikan produknya. Sebagian peritel mengelompokkan produk supermarket ke dalam produk foods dan nonfoods. Pengategorian yang baru ini terbagi dalam dua kategori juga, yaitu sebagai berikut.
1) Groceries Food, yang terbagi dalam food, beverages, drink.
a) Departemen food (produk makanan, baik yang siap dikonsumsi maupun yang masih harus dimasak terlebih dahulu).
b) Departemen beverages (kelompok produk minuman).
c) Departemen fresh (buah-buahan, sayur, ikan, daging, dan produk beku).
2) Groceries Non Food, yang terbagi dalam baby care, personal care, hard goods
a) Departemen baby care (perlengkapan bayi).
b) Departemen personal care (produk toiletries).
c) Departemen hard goods (peralatan dan perlengkapan rumah tangga).
Contoh kualifikasi produk:
GAMBAR 137
d. Membuat Planogram dari Swalayan
Perusahaan ritel dapat mmembuat planogram sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan. Planogram dapat dibuat berupa gambar ataupun tabel.
Planogram dibuat secara terperinci per gondola dan per shelving. Dalam layout dijelaskan jenis dan nama produk yang ditata dalam setiap shelving. Contoh: layout rak 5 terdiri dari 6 rak, yang dibagi menjadi 2 rak untuk sampo dan conditioner, 2 rak untuk sabun mandi dan sabun tangan, 1 rak untuk pasta gigi, dan 1 rak untuk sikat gigi.
1) Planogram Dengan Menggunakan Tabel
GAMBAR 138
Keterangan:
GAMBAR 139
2) Planogram Dengan Menggunakan Gambar
Planogram dengan menggunakan gambar dibuat untuk lebih memudahkan dalam memberikan gambaran penempatan produk pada shelving.
Planogram garis vertikal merupakan tingkatan produk dalam rak, sedangkan garis horizontal merupakan gambaran seberapa banyak baris produk yang ditata di dalam rak.
GAMBAR 139
3) Panduan Membaca Planogram
Berikut merupakan langkah dalam membaca planogram, dimulai dari membaca keterangan yang ada pada planogram sabun.
a) Maksud dari Singkatan Huruf
Huruf-huruf ini merupakan singkatan dari nama merek dan jumlah produk.
GAMBAR 140
Kode huruf dalam planogram AA, AB, AC, dan seterusnya mengandung arti bahwa:
Huruf A yang awal dari kode tersebut mewakili merek tertentu, sedangkan huruf kedua dari kode tersebut A, B, C, D, dan seterusnya mewakili jenis (tipe) dari merek tersebut.
Contoh:
A: kode sampo merek Pantene.
AA: kode sampo merek Pantene Jenis Smooth & Silky
AB: kode sampo merek Pantene Jenis Total Damage Care
AC: kode sampo Pantene Total Damage Care
b) Shelving 1 Hingga Shelving 5
Artinya, gondola yang dipakai untuk men-display produk sampo terdiri dari 5 shelving.
c) Maksud Warna-warna Pada Planogram
Produk pada planogram diberi warna-warni dengan maksud agar lebih gampang membedakan merek produk. Perbedaan warna ini memudahkan untuk mengatur posisi produk. Satu warna mewakili satu merek produk yang dipajang.
d) Angka Pada Setiap Shelving
Angka pada setiap shelving menunjukkan jumlah item yang dipajang pada shelving tersebut.
Sumber:
Harti, Dwi. Puji Nuryati dan Utami Hadiyati. 2018. Penataan Produk. Jakarta: Erlangga.