Mengapa penting untuk memilih jenis branding yang sesuai dengan bisnis kita?
Branding dan iklan berjalan beriringan. Artinya, branding dapat membantu kampanye iklan menjadi lebih efektif dan menciptakan banyak peluang bagus. Karena itu, perusahaan harus membentuk citra merek yang positif terlebih dahulu sebelum beriklan. Nah, untuk membangun citra merek bisnis yang positif tersebut, kita harus mengetahui jenis-jenis branding agar sesuai dengan tujuan bisnis dan memberikan hasil maksimal!
Apa yang kamu ingat ketika mendengar nama DIDI KEMPOT atau BLACKPINK?
Sebagian besar tokoh publik maupun brand sukses di seluruh dunia berhasil menciptakan ikatan emosional dengan pelanggan/penggemar mereka. Berikut ini merupakan 10 jenis branding yang harus ditetapkan oleh sebuah perusahaan agar dapat menentukan strategi branding yang cerdas dan terukur.
1. Product Branding: Membuat Produk Anda Jadi Bintang Utama
Product branding adalah jenis branding yang bertujuan untuk membuat pelanggan memilih merek produk tertentu dibandingkan dengan merek produk lainnya. Branding ini dilakukan melalui kata-kata, warna, dan gambar.
Sebuah contoh jelas dari product branding adalah Apple. Merek ini tidak hanya menjual produk, tetapi menciptakan pengalaman unik bagi penggunanya. Apple sukses menggabungkan desain inovatif dengan keandalan produk, menjadikannya bukan sekadar barang elektronik, tetapi simbol gaya hidup modern.
2. Personal Branding: Jadi Brand Ambassador untuk Bisnis Anda
Personal branding adalah jenis branding yang bertujuan untuk membangun citra positif dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap individu. Personal branding ini sangat penting bagi influencer, digital marketer, selebriti, politisi, dan public figur lainnya.
Personal branding melibatkan pembangunan citra pribadi yang kuat sebagai duta merek. Oprah Winfrey, misalnya, telah mengukir identitasnya sebagai tokoh inspiratif dan berwawasan luas. Ketika Anda berpikir tentang Oprah, tidak hanya nama, tetapi juga nilai-nilai dan kebijaksanaan yang ia miliki terkait dengan mereknya.
@kerjaanbranding Jangan SALAH!! YUK CATAT #KerjaanBranding #PersonalBranding #CorporateBranding #Business #Branding
3. Corporate Branding: Identitas Perusahaan yang Kuat
Corporate branding merupakan jenis branding yang bertujuan untuk membangun reputasi perusahaan. Sedangkan reputasi adalah persepsi atau gambaran baik buruknya perusahaan di mata publik, bahkan tanpa pengalaman langsung dengan perusahaan tersebut.
Bagaimana cara membangun corporate branding? Beberapa di antaranya adalah dengan mengkomunikasikan nilai, misi, titik harga, eksklusivitas, hingga konsumen ideal. Selain itu, perhatikan juga aspek logo, visi perusahaan, website, kualitas, iklan, pemasaran, kredibilitas, serta pelayanan.
Corporate branding yang baik memiliki efek jangka panjang, karena perusahaan dapat mengandalkan pengenalan namanya. Dengan demikian, pelanggan lebih mempercayai produk baru ketika dikaitkan dengan merek yang sudah mereka kenal.
Corporate branding adalah cara untuk memberikan identitas yang konsisten pada semua produk dan layanan perusahaan. Google adalah contoh sempurna yang mengintegrasikan warna dan logo perusahaan secara konsisten dalam semua produk dan layanannya, menciptakan identitas yang kuat di mata konsumen.
@ayudiaadvertising Branding sering diidentikkan dengan kesan yang diingat melalui ciri khas sebuah produk. GO-JEK misalnya, brand transportasi online tersebut dikenal dengan ciri khas jaket hijaunya. Ciri khas brand seperti ini ternyata lebih berkesan dan mudah diingat. Selain menentukan ciri khas, perusahaan juga harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan orang banyak agar dapat menyesuaikan dengan corporate branding yang ditetapkan perusahaan.#jualanonline #idekonten #mediasosialmanagement #mediasosial #branding
♬ suara asli – Agency Periklanan Profesional – Agency Periklanan Profesional
4. Geographical Branding: Memanfaatkan Keunikan Lokasi
Geographical branding, atau juga dikenal sebagai “Location-based Branding,” adalah suatu strategi pemasaran di mana sebuah merek mencoba memanfaatkan atau mengidentifikasi dirinya dengan suatu lokasi geografis tertentu. Dalam konteks ini, aspek geografis dari suatu daerah atau negara digunakan sebagai elemen penting dalam membangun citra merek dan membedakan produk atau layanan dari pesaing.
Penggunaan geographical branding dapat mencakup berbagai elemen, mulai dari menekankan keunikan geografis suatu tempat, memanfaatkan warisan lokal, hingga menggandeng unsur-unsur khas dari suatu wilayah tertentu. Hal ini dapat menjadi strategi yang efektif untuk menarik perhatian konsumen yang tertarik pada aspek-aspek regional atau budaya tertentu.
Geographical branding juga bisa terkait dengan elemen lingkungan, keberlanjutan, atau aspek-aspek khusus dari suatu daerah yang menjadi daya tarik tersendiri. Dengan demikian, geographical branding dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun identitas merek yang unik dan membedakannya di pasar global yang kompetitif.
Beberapa merek menggunakan aspek geografis untuk meningkatkan nilai mereka. Swiss Watches menjadi contoh nyata, di mana “Swiss Made” diidentifikasi dengan kualitas dan presisi tinggi. Keunikan geografis Swiss memberikan nilai tambah pada merek jam tangan ini.
5. Co-Branding: Kerjasama yang Menguatkan
Co-branding adalah strategi pemasaran di mana dua atau lebih merek bekerja sama untuk menciptakan produk atau layanan baru yang menggunakan identitas merek masing-masing. Dalam co-branding, dua perusahaan atau lebih menyatukan kekuatan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan keunggulan bersama. Tujuan utama dari co-branding adalah meningkatkan citra merek, daya tarik konsumen, dan keuntungan bersama.
Kerjasama co-branding dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk peningkatan produk atau layanan yang ada, pengembangan produk baru, atau kolaborasi dalam kampanye pemasaran dan promosi. Dalam beberapa kasus, co-branding juga dapat melibatkan merek dari industri yang berbeda untuk menciptakan diferensiasi dan mencapai audiens yang lebih luas.
Keuntungan co-branding termasuk pembagian biaya pengembangan produk atau promosi, peningkatan kepercayaan konsumen melalui asosiasi positif dengan merek yang sudah mapan, dan peluang untuk mengeksplorasi pasar baru. Namun, keberhasilan co-branding memerlukan pemilihan mitra yang tepat, keselarasan nilai-nilai merek, dan manajemen yang cermat agar hubungan kemitraan dapat berjalan dengan baik.
Co-branding melibatkan kolaborasi dua merek untuk menciptakan nilai tambah. Kerjasama antara Nike dan Apple dalam menciptakan produk Nike+ adalah contoh bagaimana dua merek besar dapat saling menguatkan, memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan mereka.
6. Cultural Branding: Menyatu dengan Nilai Budaya
Cultural branding adalah suatu pendekatan dalam pemasaran di mana merek atau brand membangun identitasnya dengan meresapi dan mencermati nilai-nilai budaya yang relevan dalam masyarakat. Pendekatan ini menekankan pentingnya memahami budaya lokal, nilai-nilai, norma, dan tren yang memengaruhi perilaku konsumen.
Dalam cultural branding, merek tidak hanya mencoba menjual produk atau layanan, tetapi juga berusaha untuk menjadi bagian dari kehidupan dan identitas budaya konsumennya. Ini melibatkan penggunaan simbol, cerita, dan elemen-elemen budaya lainnya untuk mengaitkan merek dengan pengalaman hidup konsumen. Dengan cara ini, merek menciptakan koneksi emosional yang lebih kuat dengan audiensnya.
Penting untuk mencatat bahwa cultural branding bukan hanya tentang menyesuaikan pesan pemasaran dengan budaya setempat, tetapi juga tentang pengintegrasian nilai-nilai tersebut ke dalam inti merek itu sendiri. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang konteks budaya dan keberlanjutan dalam menggambarkan dan mendukung identitas merek. Cultural branding dapat membantu merek membedakan diri mereka di pasar yang ramai dan menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan konsumen yang terkait dengan nilai-nilai budaya yang mereka hargai.
Coca-Cola telah berhasil menyatu dengan budaya global. Melalui kampanye-kampanye yang berfokus pada momen-momen bersama, Coca-Cola menciptakan hubungan emosional dengan konsumennya, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari berbagai kebudayaan di seluruh dunia.
7. Service Branding: Layanan Sebagai Identitas
Service branding adalah proses membangun dan mengelola citra merek (brand image) untuk layanan atau jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Hal ini melibatkan upaya untuk menciptakan identitas unik, kesan positif, dan nilai tambah yang terkait dengan layanan yang disediakan oleh perusahaan. Dalam konteks ini, merek tidak hanya mencakup elemen visual seperti logo, tetapi juga mencakup pengalaman pelanggan, nilai-nilai perusahaan, dan reputasi yang berkaitan dengan layanan tersebut.
Zappos dikenal bukan hanya karena sepatu-sepatunya, tetapi juga karena layanan pelanggannya yang luar biasa. Mereka membangun merek dengan menjadikan pelayanan pelanggan sebagai salah satu komponen inti dalam identitas mereka.
8. Retail Branding: Menciptakan Pengalaman Belanja yang Tidak Terlupakan
Retail branding adalah proses menciptakan dan memperkuat identitas merek sebuah peritel (retail) dengan cara menggabungkan elemen-elemen seperti logo, desain toko, citra, pesan, dan pengalaman pelanggan menjadi satu kesatuan yang kohesif. Tujuannya adalah untuk membedakan toko tersebut dari pesaing, menciptakan kesan yang kuat dan konsisten di antara pelanggan, serta membangun loyalitas merek.
Retail branding tidak hanya berfokus pada produk atau layanan yang ditawarkan, tetapi juga menekankan bagaimana merek tersebut diwakili dan diartikulasikan melalui setiap interaksi dengan pelanggan. Hal ini melibatkan strategi pemasaran yang mencakup pemilihan warna, tipografi, pesan komunikasi, dan elemen desain lainnya yang dapat memberikan identitas visual yang kuat untuk merek retail tersebut.
Dengan adanya retail branding yang efektif, peritel dapat menciptakan hubungan emosional dengan pelanggan, meningkatkan kesetiaan pelanggan, dan meningkatkan daya tarik merek. Seiring waktu, retail branding dapat menjadi aset yang berharga dan memainkan peran penting dalam kesuksesan jangka panjang sebuah peritel.
IKEA tidak hanya menjual perabot rumah tangga, tetapi juga memberikan pengalaman belanja yang unik. Dengan tata letak toko yang kreatif dan harga yang terjangkau, IKEA menciptakan brand experience yang tak terlupakan bagi konsumennya.
9. “No Branding” Branding: Simplicity Speaks Volumes
“No Branding” merujuk pada strategi pemasaran di mana produk atau layanan tidak menggunakan merek atau identitas merek yang khas. Ini berarti, perusahaan atau produk tersebut tidak menonjolkan logo, nama merek, atau elemen-elemen branding lainnya dalam upaya pemasaran mereka.
Pendekatan “No Branding” bisa menjadi strategi yang disengaja untuk menonjolkan produk atau layanan berdasarkan kualitas atau harga, daripada mengandalkan kekuatan merek. Beberapa perusahaan memilih untuk tidak menggunakan merek sebagai bagian dari upaya untuk memberikan kesan bahwa produk atau layanan mereka lebih fokus pada nilai intrinsiknya daripada citra mereknya.
Muji membuktikan bahwa terkadang, ketidakbermerek-an juga bisa menjadi merek. Dengan pendekatan minimalis dan fokus pada kualitas, Muji menciptakan citra “no branding” yang menarik bagi konsumen yang menghargai kesederhanaan.
10. Online Branding: Membangun Jejak Digital yang Kuat
Online branding merujuk pada upaya untuk membangun dan mengelola citra merek suatu produk, layanan, atau perusahaan secara daring (online). Ini melibatkan sejumlah strategi dan kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan kehadiran dan persepsi merek di lingkungan digital. Online branding menjadi semakin penting karena pertumbuhan internet dan penetrasi media sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam era digital, online branding sangat penting. Amazon menjadi contoh sukses dalam membangun merek online. Dengan pengalaman belanja yang mudah dan program keanggotaan Prime, Amazon menjadi salah satu merek e-commerce yang paling dikenal di seluruh dunia.
Dalam mengembangkan sebuah merek/produk, tidak ada strategi yang cocok untuk semua jenis branding. Kombinasi beberapa jenis branding atau penyesuaian dengan karakteristik unik bisnis kita mungkin diperlukan. Yang terpenting, pilihlah jenis branding yang mencerminkan nilai inti bisnis kita.
Membangun merek/brand harus dilakukan secara berkelanjutan karena tren dan kebutuhan pelanggan selalu berubah. Tetapi dengan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis branding ini, kita dapat membangun fondasi yang kokoh dan relevan untuk bisnis kita. Nah, adakah jenis branding tertentu yang sesuai dengan visi dan misi bisnismu? Lakukan evaluasi dan kembangkan strategi branding yang lebih efektif! Ingatlah, merek yang kuat adalah investasi jangka panjang untuk kesuksesan bisnis kita.
Sebelum membaca materi ini, pastikan kamu sudah membaca “Membangun Identitas Merek yang Kuat: 6 Unsur-Unsur Branding dalam Bisnis”.
REFERENSI:
https://store.sirclo.com/blog/jenis-jenis-branding-membangun-bisnis/